Tuesday, October 2, 2012

Lirik Lagu Pop Minang dan Alur Sosial


Dalam kehidupan sehari-hari bahasa adalah salah satu wadah utama dari budaya Minangkabau. Lagu dan puisi dalam konteks ini memainkan peran penting. Sebagai contoh, peran ini terdapat dalam lirik lagu lama seperti dendang yang mengajak orang menguatkan nilai-nilai ideal keminangkabauan atau malah mengabaikan aturan-aturan etika dan norma. Ajakan ini sifatnya tidak secara langsung disampaikan karena akan mempermalukan, tetapi melalui sindiran, kato malereang atau pepatah-petitih (Barendregt, 2002: 425).

Dalam konteks kekinian kato malereang ini dapat juga ditemukan dalam lirik-lirik lagu pop Minangkabau. Umumnya kato malereang kato ditujukan kepada menantu oleh mertua, misalnya ketika seorang menantu tidak bekerja dan lebih banyak menghabiskan waktu di rumah bermalas-malasan. Si mertua akan  menyindir menantunya dengan: “kuciang ko lalok ka lalok se, cari bagailah mancik di sawah” (tidur-tidur saja kerjamu kucing, carilah tikus di sawah). Atau ia marah-marah pada ayam yang masuk rumah dengan ucapan: “ayam kurang aja ka ateh rumah juo mancari makan, kaparak bagailah mancari makan kadianyo” (ayam kurang ajar ke atas rumah juga  mencari makan, carilah makan ke ladang). Pada lirik lagu pop Minangkabau kato malereang ini misalnya dapat ditemukan dalam Boco Aluih (ciptaan Nuskan Sjarief) yang dinyanyikan oleh Ida Busra dalam album “VCD Spesial Basiginyang Ajo-One” yang direkam oleh Sinar Padang Record:

buncak barito si Jibua kayo takajuik dek manang lotre
pitihnyo bakambuik-kambuik
dahulu marangkiah kini paruiknyo ganduik
hobinyo babini oi suduik satiok suduik

sabana sero oi bapitih banyak
sabana lapeh oi sagalo kandak
...
satiok hari amehnyo ganti baganti
tabaok sanang sia nan pandai manggili
lah boco aluih lah boco aluih

lah abih cakak mangkonyo takana silek
kalua pitih kok iyo lah mulai sandek
bini jo harato lah habih hilang ciek-ciek
otonyo nan sedan lah baganti jo honda bebek
lah boco aluih lah boco aluih
...
(adalah kisah si Jibua kaya mendadak karena menang judi
uangnya pun bergoni-goni
jika dahulu ia kurus kering sekarang perutnya gendut
dan hobinya pun beristri setiap sudut

duh asyiknya hai ber-uang banyak
terpenuhilah segala kehendak
...
setiap hari emasnya ganti berganti
tersenanglah siapa-siapa nan pandai merebut hati
...
hoi...telah gila hai telah gila

cakak selesai ingatlah silat
uang yang keluar pun mulai sendat
istri dan harta mulai minggat
sedan mobilnya pun berganti honda butut
hai-hai telah gila hai telah gila)

Kisah dalam lagu di atas menceritakan seorang bernama Jibua. Ia menang judi dan mendadak menjadi kaya raya. Kekayaannya membuat dia lupa diri. Ia berfoya-foya dan mengabaikan istri-anaknya. Namun bagaikan pepatah sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tiada guna, ia kemudian memiliki hutang banyak oleh gaya hidupnya yang mewah. Perubahan drastis kehidupannya mulai terjadi, dan akhirnya ia pun gila.

Lagu Boco Aluih yang dinyanyikan oleh Ida Busra yang dikenal dengan panggilan One ini merupakan sindiran kepada banyak orang yang senang berjudi untuk cepat menjadi kaya. Kekayaan dari hasil judi tidak bisa membawa kebaikan bagi pelakunya. Judi justru mendatangkan kehancuran diri dan keluarganya. Pada akhirnya, judi justru membuat orang menjadi gila: bini jo harato lah habih hilang ciek-ciek// otonyo nan sedan lah baganti jo honda bebek// lah boco aluih lah boco aluih.

Menurut Laurenson (dalam Fananie 2002: 133) karya sastra merupakan dokumen sosial yang di dalamnya terefleksi situasi pada masa sastra itu diciptakan. Artinya teks dalam  karya sastra itu tidak bisa dilepaskan dari faktor sosial-budaya yang melatari lahirnya karya tersebut (Mahayana, 2005: 229). Ini disebut dengan perspektif sosiologis dalam karya sastra.

Meski lirik lagu Minang ini merupakan karya sastra, secara simbolik telah memberi gambaran terhadap fenomena sosial yang diakibatkan oleh peristiwa-peristiwa sosial yang terjadi di tengah masyarakat Minangkabau dan pengaruh modernisasi Orde Baru (Amir, 1986:130). Dan judi merupakan salah satu fenomena yang banyak dipotret dalam lirik lagu-lagu pop Minangkabau kontemporer. Wallahu’alam.

nb; bila anda suka dengan artikel ini silahkan klik salah satu iklan untuk membiayainya. Klik anda tak akan dipungut biaya. terima kasih.

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih atas komen dan kunjungannya