Monday, October 15, 2012

Abdurrahman; Syech Bintungan Tinggi Pariaman


Pada abad ke-19 masyarakat Minangkabau masih menganut substratum kepercayaan animistik. Masyarakat percaya kepada roh-roh. Segala kejadian pada masyarakat dikaitkan dengan keberadaan kekuatan roh, kepada dukun atau pawang masyarakat biasanya meminta perlindungan dari marabahaya. Dukun atau pawang adalah orang yang memiliki kekuatan dan kemampuan untuk berkomunikasi dengan roh. Kepercayaan ini mulai memudar seiring masuknya Islam pada abad ke-16 melalui Tiku, pelabuhan utama di Pantai Barat, kemudian ke Ulakan.

Pada tahun 1070 H Islam mengalami perkembangan yang pesat seiring kepulangan Syech Burhanuddin dari Aceh. Syech Burhanuddin mengembangkan agama Islam di Minangkabau dan memusatkannya di Ulakan.

Ulakan terletak ditepi pantai samudera Indonesia. Nagari ini berbatas: sebelah Utara dengan kecamatan Nan Sabaris; sebelah Selatan dengan kecamatan Batang Anai; sebelah Barat dengan Samudra Indonesia; sebelah Timur dengan kecamatan Perwakilan Lubuk Alung dan Sintuk. Sekarang nagari Ulakan termasuk ke dalam wilayah kecamatan Ulakan Tapakis yang terdiri dari 12 desa. Ulakan merupakan daerah penting dalam sejarah Islamisasi di Minangkabau.

Sejak paroh pertama abad  ke-17 Ulakan sudah menjadi pusat penyebaran Islam di rantau Pesisir Minangkabau yang dipimpin oleh Syech Burhanuddin atau Tuanku Ulakan. Pengaruh Ulakan dan Syech Burhanuddin sangat kuat terhadap perkembagan Islam di Minangkabau khususnya di Bintuangan Tinggi. Sampai sekarang masih diungkapkan masyarakat ungkapan yang berbunyi “Salareh Sunua Kurai Taji, Pauah Kamba jo bintuang Tinggi, pucuak bajampuan di Ulakan”.

Artinya bahwa Ulakan merupakan pusat perkembangan Islam dengan mulai berkembang ke daerah Sunua Kurai Taji, Pauah Kamba dan Bintungan Tinggi, dan berlanjut ke daerah-daerah lain di Minangkabau, seperti Padang dengan surau Batang Kabung Tabing dan surau Paseban. Desa Bintungan Tinggi, tempat tinggal dan hidup Syech Abdurrahman Bintungan Tinggi termasuk ke dalam wilayah administrasi kecamatan Nan Sabaris Nagari Padang Bintungan.

Salah satu manuskrip yang ditulis oleh ahli waris sang Syech menyebutkan bahwa ranji ilmu dan keturunan Syech Abdurrahman ditelusuri dari Syech Burhanuddin Ulakan. Salah seorang murid dari ulama yang belajar agama kepada Syech Burhanuddin Ulakan adalah Syech Tabad Yada. Beliau merupakan kakek dari Syech Abdurrahman Bintungan Tinggi. Syech Abdurrahman lahir pada tahun 1243 H atau 1827 M. Beliau meninggal pada tanggal 17 Rabiul-awal tahun 1342 H atau 1923 M. Ayahnya bernama Syech Ibnu Muttaqin dan ibunya bernama Pik Manah bersuku Sikumbang.

Semasa hidupnya Syech Abdurrahman menjadi panutan bagi masyarakat Bintungan Tinggi. Ketika masyarakat Bintungan Tinggi mengalami bencana seperti padi di sawah mereka dimakan tikus maka, mereka akan melakukan tolak bala. Kegiatannya dimulai dari pintu gobah atau kuburan Syech Abdurrahman, selanjutnya berputar mengelilingi kampung sambil berzikir. Sampai saat ini pun masyarakat masih percaya jika ada getaran di gobah Syech Abdurrahman maka akan terjadi sesuatu yang tidak baik. Misalnya, ada salah seorang anggota kaum yang akan meninggal atau bencana lainnya. [Bila anda suka dengan artikel ini silahkan klik salah satu iklan di halaman depan. Gratis dan sangat membantu update blog ini. Terima kasih]

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih atas komen dan kunjungannya