Saturday, September 29, 2012

Kajian Lirik Lagu Minang Modern

Penelitian tentang lagu Minangkabau, baik tentang lirik lagu dan realitas sosial yang melatari lahirnya lagu itu, maupun terkait kepengarangannya pernah dilakukan penelitian oleh beberapa orang. Penelitian itu di antaranya dilakukan oleh Wasana, “Struktur Lirik Lagu Minang Modern” (1992); Afrianti, ”Lirik Lagu Minang Modern Karya Nuskan Syarif dalam Konsepsi Semiotik” (1992); Gayatri, ”Struktur Lirik Lagu Minang Modern Karya Yusaf Rahman” (1992), Herlinawati, ”Pergeseran Makna Pada Lirik Lagu Pop Indonesia Populer yang Diterjemahkan ke dalam Bahasa Minang: Sebuah Kajian Semiotik” (2000); Barendregt, “The Sound of Longing for Home: Redefining a Sense of Community through Minang Popular Music” (2002); Suryadi, ”Minangkabau Commercial Cassettes and the Cultural Impact of the Recording Industry in West Sumatra” (2003); Fitrianti, ”Tinjauan Resepsi Sastra Terhadap Lirik Lagu Minang Modern karya Nedi Gampo” (2005); Suryana, ”Pencitraan Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan Minangkabau dalam Lirik Lagu Minang Modern: Tinjauan Feminisme” (2008).

Berdasarkan metode penelitian yang dipakai dalam setiap penelitian di atas, dapat dilihat kontribusi yang dihasilkan. Wasana (1992) dalam penelitiannya yang berjudul: Struktur Lirik Lagu Minang Modern, menjelaskan bahwa dalam perkembangan musik di Indonesia yang sangat beragam baik jenis maupun iramanya seperti saat ini, ternyata lagu daerah Minangkabau tetap dapat tumbuh dan berkembang dengan gaya dan warnanya sendiri. Lagu daerah Minangkabau mewakili atau menyuarakan isi hati etnis Minangkabau, khususnya yang masih tinggal di daerah asalnya.

Afrianti (1992) dalam penelitiannya yang berjudul: Lirik Lagu Minang Modern Karya NuskanSyarif dalam konsepsi Semiotik, menemukan bahwa struktur dinamik dari lirik lagu yang terdiri dari tema, mengandung nila realitas sosial masyarakat Minangkabau; tentang percintaan, perantauan, dan pelestarian lingkungan hidup. Lagu ini meneruskan konvensi puisi masyarakat Minangkabau yang telah ada yaitu konvensi pantun.
Selanjutnya dalam penelitian Gayatri (1992): Struktur Lirik Pada Lagu Minangkabau Modern karya Yusaf Rahman. Penelitian ini menggambarkan kalau karya yang diciptakan oleh penyair adalah produk dari zamannya, serta pendapat-pendapat terhadap sosial yang dilihat dan diamati pengarang.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Herlinawati (2000) yang berjudul: Pergeseran Makna Pada Lirik Lagu Pop Indonesia Populer yang Diterjemahkan ke Dalam Bahasa Minang (Sebuah Kajian Semiotik), diperoleh kesimpulan kalau di dalam lirik lagu pop Indonesia yang diterjemahkan ke dalam bahasa Minangkabau terdapat pergeseran makna dari bahasa sumber kepada bahasa terjemahan. Dengan adanya pergeseran makna tersebut menyebabkan lirik lagu pop Indonesia populer yang diterjemahkan ke dalam bahasa Minangkabau ada beberapa kata, frasa dan kalimat yang menjadi rancu kedengarannya.

Barendregt, dalam “The Sound of Longing for Home: Redefining a Sense of Community through Minang Popular Music”, menjelaskan lagu-lagu Minangkabau, misalnya yang dinyanyikan oleh kelompok Gumarang, merupakan bentuk dari pengingatan masa lampau pasca peristiwa PRRI tahun 1958. Jadi bisa disimpulkan menurutnya bahwa lagu-lagu Minangkabau yang dibawakan oleh Gumarang Grup menjadi pendukung penting—dalam perpsektif kemusikan—dari pertanyaan apa itu menjadi orang Minangkabau.

Dalam “Minangkabau Commercial Cassettes and the Cultural Impact of the Recording Industry in West Sumatera”, Suryadi menjelaskan di Indonesia mikromedia seperti halnya kaset telah lama menjadi pembawa/agen penting dari pembentukan ulang budaya lokal. Kaset-kaset yang diproduksi secara komersial itu memiliki kontribusi penting terhadap pelegitimasian suatu identitas suku bangsa, dan sebagai bentuk pembangkangan terhadap hegemoni negara yang berusaha menguasai nilai dan norma masyarakatnya.
Fitrianti (2005), dalam penelitiannya  yang berjudul: Tinjauan Resepsi Sastra Terhadap Lirik Lagu MinangModern Karya Nedi Gampo. Menemukan bahwa pada lagu-lagu ciptaan Nedi Gampo banyak mengandung nilai-nilai sarkasme. Menggunakan nama-nama binatang. Mengandung cilotehan yang disenangi oleh semua umur, tingkat pendidikan.

Penelitian Suryana (2008) yang berjudul: Pencitraan Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan Minang dalam Lirik lagu Minang Modern (Tinjauan Feminisme), menemukan bahwa perempuan Minangkabau yang diidealkan dan diposisikan sebagai makhluk yang beruntung, ternyata mengalami tindak kekerasan.
Selain itu Suryadi dalam tulisannya yang dimuat di harian Padang Ekspres edisi Minggu, 26 Oktober  2008, ”Transkripsi Teks Lagu Dalam Klip VCD Minang (Catatan kecil untuk pelaku industri rekaman daerah Sumatera Barat)”. Suryadi menjelaskan bahwa kerja yang baik para pelaku industri rekaman daerah Sumatera Barat dalam soal editing transkripsi teks lagu-lagu dalam VCD Minangkabau, secara langsung atau tidak, ikut membantu proses standardisasi dan pemeliharaan Bahasa Minangkabau. Lagu-lagu daerah seperti pop Minangkabau adalah salah satu inang bagi pengembangan dan pemertahanan penggunaan bahasa daerah, baik dalam arti lisan maupun tulisan.

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih atas komen dan kunjungannya